Tamu adalah raja. Ya mungkin
memang dijalankan dengan baik dipondok putri tempat saya mondok jika ada
tamu atau wali santri datang menyambangi
anaknya. Mereka diberi pelayanan dan penghormatan. Namun bagaimana sikap para
pengurus putri tersebut pada anaknya wali santri alias antri yang mondok
??..........uuuuh kami merasa seperti menjadi anak tiri dalam opera ratapan
anak tiri. Sudah sangat jelas terasa bahwa adanya diskriminasi service yang
diberikan. Bukan tuntutan tentang kamar arama, fasilitas kamar mandi, ataupun
fasilitas yang lain, namun sambutan yang baik ketika kami membutuhkan bantuan
pengurus dikantor pondok. Bukan hanya aya yang merasa, namun mayoritas santri
pun sudah pernah menerima sambutan cuek pengurus tersebut. Seperti contoh
Suatu hari saya pergi kekantor pondok untuk menguru surat izin berobat untuk adik kelas yang
sakit. Dikantor pondok hanya ada dua orang pengurus yang sedang mengutak atik
komputer.
“
ukh, mau izin berobat,,,,” mulai saya
Dibalasnya pertanyaan saya dengan tatapan
aneh
“
sakit apa?”
“sakit gigi, harus secepatnya dicabut”
“nanti, nunggu dulu saya panggilkan pengurus bagian kesehatan”
“nanti, nunggu dulu saya panggilkan pengurus bagian kesehatan”
Saya pun memilih menurut. Namun setelah
setengah jam menunggu tidak kunjung datang pengurus yang kami tunggu.
“ukh, bisa sekarang?”tanya saya lagi. Lalu dengan tanpa rasa berdoanya
seorang dari mereka menjawab
“oh…iya, pengurusnya lagi pergi, lain kali aja ya…..”
Ingin rasanya saya jambak kerudungnya.
Etengah jam saya membuang wajtu untuk sesuatu yang tidak berhasil..Padahak
mereka pun tahu bahwa jadwal santri memang padat.
Satu contoh pppppun cukup kan??
Lalu apa bukan seperti dalam sinetron cuplikan diatas, jikaaa pelayanan
yang seharusya didapatkan santri hanya didapatakan wali santri. Apa kata
dunia??? Kalau bapakya iya anaknya tidak???
Ter……la……lu……(versi rhoma irama)
Red.(whyz)
Sabar... Santri kan harus sabar daripada siswa biasa.. :)
BalasHapus